GIGIH: Polresta Sleman Kombes Pol Yuswanto Ardi saat bertugas. Resmi menjabat sebagai kapolresta Sleman sejak April 2023 lalu, Yuswanto telah menyelesaikan beragam p (Dokumentasi Humas Polresta Sleman) |
Di antaranya adalah kasus yang sempat menggegerkan masyarakat. Yakni pembunuhan disertai mutilasi mahasiswa kampus swasta Jogjakarta beberapa waktu lalu. Selain itu, jajaran kepolisian di bawah kepemimpinannya mampu mengungkap dokter gadungan di PSS Sleman yang hampir dua tahun tak menemukan titik terang.
Bukan hanya itu, sejumlah pencapaian lainnya juga sudah diraih Polresta Sleman di bawah kepemimpinan Yuswanto.
Polresta Sleman meraih penghargaan dari Ombudsman RI. Penghargaan itu berkaitan penilaian kepatuhan penyelenggaraan pelayanan publik pada 2023. Ada juga penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi (KemenpanRB) terkait pelayanan prima.
"Prestasi yang layak disampaikan adalah prestasi dalam lingkup organisasi. Karena yang hebat sebenarnya bukanlah saya sebagai Kapolresta Sleman, namun team work yang mampu menghasilkan output kinerja yang excellent," ucapnya kepada Radar Jogja Jumat (23/2).
Yuswanto mengaku, memilih menjadi polisi karena terinspirasi dari sosok ayahnya yang juga abdi Bhayangkara. Menurutnya, lahir sebagai anak dari orang tua polisi membuatnya melihat secara langsung figur ayahnya sebagai orang yang well prepared.
Ayahnya selalu cermat dan teliti dalam merencanakan sesuatu. Disiplin dalam pelaksanaannya, dan bertanggung jawab terhadap hasil kegiatannya. "Pola itu sangat membekas dan memiliki kesan yang dalam pada diri saya," ungkapnya.
Menurutnya, tugas di Polresta Sleman menjadi yang paling berkesan. Meski ada sedikit keterkejutan karena dinamika tugas yang ada.
Itu lantaran tugasnya sangat dinamis dan menantang. Utamanya dalam mengatasi kejahatan jalanan atau yang biasa disebut klithih. Meskipun sebenarnya tidak ada nomenklatur soal klithih dalam bahasa kepolisian.
Mantan Kapolres Sragen itu menganggap, tugas di Sleman menantang karena sebagian besar pelaku kejahatan jalanan adalah anak-anak di bawah umur. Menurutnya, anak-anak di bawah umur harusnya diberikan pembelajaran dan diarahkan pada koridor yang benar. "Dalam sudut pandang saya, mereka sebenarnya adalah korban dari situasi," tuturnya.
Situasi yang secara tidak sadar tercipta di tengah masyarakat karena tidak mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri. Sehingga mencari tempat yang salah. Menurutnya, anak-anak yang terjebak aksi klithih itu karena masuk geng yang sudah lama terbentuk di DIJ. Secara tidak sadar, semuanya tersandera oleh geng yang ada.
Mayoritas anak-anak yang melakukan klithih karena tidak mendapatkan perhatian. Baik dari orang tua maupun lingkungan sosial lainnya seperti tempat tinggal dan sekolah. "Atas arahan Kapolda DIJ, saya bekerja sama dengan berbagai instansi untuk menciptakan berbagai kegiatan dan forum sebagai wadah bagi mereka untuk mengaktualisasikan diri," ungkapnya.(*)
Komentar0